Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TRUE STORY ; Aku Ibu Rumah Tangga, Tapi ODHA

Katanya, HIV adalah penyakit kutukan Tuhan. Penyakit kotor yang menandakan hinanya perbuatan seseorang di dunia. Penyakit orang-orang jalang yang tak mampu menjaga kelaminnya. Aku marah degan stigma negatif. Aku menggugat Tuhan karena Aku menjadi ODHA sebab Aku melayani suami ku dengan jiwa raga ku di separuh hidupku.

Aku menikah dini. usia ku belum lagi 17 saat alat tes kehamilan menunjukan hasil positif. Dunia remaja ku lenyap seketika. Aku tak lagi masuk sekolah. Aku duduk di kelas 1 SMA saat Aku putus cinta dari kekasih pertama ku, sebut saja Ando. Ando memacari ku sejak kami sama-sama duduk di kelas 1 SMP. Ando meninggalkan cerita cinta monyet yang manis meski akhirnya semua berakhir saat kami berbeda sekolah di SMA. Setelah putus dari Ando, seorang teman Ando mendekati ku. AJA, namanya. kost tak jauh dari rumah ku, dia duduk di kelas 3 SMA. Suatu hari, Aja  menjemput ku di sekolah. ada pesta kecil, katanya di kost. Aja yang juga memang tidak tinggal dirumah karena berselisih paham dengan Bapaknya. Di kost Aja ada beberapa teman lain. kami tertawa, bercerita dengan suguhan rokok, minuman keras dan musik yang menghentak kencang. Entah berapa lama aku ada disana. Aku terjaga saat aku merasa tertindih dan sakit luar biasa di area kemaluan ku. Aja memaksa ku melayaninya. tak ada lain orang lain disana selain kami berdua yang sudah tidak berpakaian. Aku pasrah kegadisan ku direnggut oleh laki-laki yang bahkan belum menjadi pacar ku. Satu kali, satu kali saja Aja melakukannya. Aja mengantar ku pulang malam itu. disambut ibu ku yang tidak menyadari apa yang terjadi dengan ku. Ibu ku memang hanya seorang ibu rumah tangga yang sibuk mengurus dua adik ku yang masih kecil-kecil. Bapak ku bekerja diluar kota. Ibu ku selalu berpikir positif kepada semua anak-anaknya. Aku punya satu kakak laki-laki dan satu kakak perempuan. mereka merokok, minum-minuman keras dan menggunakan obat terlarang.



Setelah kejadian itu, Aku menghindari Aja. Aku takut sekali bertemu dia. Walau tetap bersekolah, Aku memutuskan tinggal di Kabupaten bersama Kakak perempuan ku yang kos dan bekerja disana. Hingga pada suatu hari, Aku merasa tidak enak badan. Aku demam, pusing, lemas dan mual muntah. Kakak membawa ku ke dokter. setelah obat dokter habis, Aku tak juga kunjung membaik. maka Aku berinisiatif untuk melakukan tes kehamilan tanpa kakak ku tau. Dua garis merah itu, membawa ku kembali pulang kerumah. kembali mencari Aja. ternyata, Aja sudah tidak lagi kost di tempat itu. Aku bertanya kesana kemari perihal keberadaan Aja. Ando yang kemudian memberi alamat rumah Aja. Ando berpesan, carilah laki-laki yang lebih baik dari Ando. dan bukan Aja orangnya. Aku hanya meringis mendengar pesan itu. sudah terlambat bukan ?
Aku bertemu Ibu Aja dirumah. dia menyambutku dengan ketus. "Mau ngapain sih perempuan nyari laki? mau di pake sama Aja, kaya yang udah-udah???" berminggu-minggu Aku terus mencari Aja. hingga suatu hari Ferdi, Kakak Aja satu-satunya menemui ku. menanyakan perihal apa aku mencari adiknya. Kemudian, Kak Ferdi membantu ku bertemu Aja. dan menjembatani Kami untuk menikah. Kakak perempuan ku menangis histeris saat Aku melaksanakan Akad nikah. Bukan hanya karena Aku mendahuluinya menikah, melainkan karena dia akhirnya tau bahwa Aku diperkosa dan menikah karena terpaksa.

Setelah menikah, Aja masih meneruskan sekolahnya dan kami tinggal dirumah orangtua ku. tapi tidak lama. karena Aja tidak kerasan. Malapetaka itu bermula sejak kami pindah kerumah orang tua Aja. Aja merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Aja tinggal bersama Ibunya. Bapaknya seorang pengusaha tempat hiburan malam pergi meninggalkan keluarga itu demi perempuan yang lebih muda dan cantik. Ibunya berdagang apa saja untuk bertahan hidup bersama keempat anaknya. Berbeda dengan ibu ku, Ibu Aja sangatlah ketus dan pelit. Ibu lebih rela makanan
membusuk dikamar, dibanding dimakan oleh Aku atau anak-anaknya. Aku menjalani kehamilan dengan menjadi pembantu dirumah mertua ku, dirumah kami.
Menikah dini dengan pemabuk dan pemakai narkoba adalah siksa dunia yang harus keterima agar anak ku memiliki Bapak. Aja juga sangat temperamental. kesalahan ku sedikit saja, sanggup membuat tubuh ku babak belur. Saat kandungan ku berusia 6 bulan, Aja menghajar ku habis-habisan karena Aku bertanya tentang perempuan yang ku lihat berboncengan motor dengan memeluknya mesra siang tadi. tak ada yang membelaku dirumah mertua ku. semuanya diam. Akupun diam. diam menerima diperlakukan demikian. ini kesalahan ku. lalu Aja mengulangi kekerasan dalam rumah tangga di sepanjang pernikahan kami. Aja tak segan melakukannya di hadapan anak-anak.

Anak pertama ku lahir, seorang bayi perempuan yang manis. tanpa ditunggui bapaknya. Aja memilih mabuk di parkiran rumah sakit saat aku mempertaruhkan nyawaku dimeja oprasi. Aja baru datang keesokan harinya dengan bau alkohol menyengat dari mulutnya. ini terus Aja ulangi hingga Aku melahirkan anak ketiga. Aja juga bukan laki-laki yang bertanggung jawab. dengan ijazah SMA yang dimilikinya, Aja tidak pernah bekerja lama. selalu berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya dengan berbagai alasan. Aja terdidik sebagai anak yang manja dan  berkecukupan sehingga terkesan kurang menghargai uang. Kalaupun bekerja, Aja tidak pernah memberikan nafkah kepada ku dan anak-anak. Aja lebih memilih berpesta minuman dan obat terlarang bersama teman-temannya. terlebih, jika ada masalah. bukan solusi yang di cari Aja, tapi mabuk. Orangtua dan adik laki-laki ku menanggung biaya hidup ku dan anak-anak. setiap hari aku kerumah orangtua ku untuk mengambil uang dan makanan.



Semua bukti perselingkuhan yang Aja lakukan selalu ku sanggah dengan akal sehat. Bukan, bukan aku tak tau kelakuan suami ku diluar sana. Apalagi Aja merasa aku tak bisa berbuat banyak. Puncaknya, rumah mertua ku, rumah kami. didatangi seorang perempuan yang tengah hamil tua bersama keluarga besarnya. mereka menuntut suami ku bertanggung jawab. Aja dengan tegas menolak menikahinya. Aja bilang, bukan cuma dia yang melakukannya. Kemudian, Ibu mertua memberi sejumlah uang sebagai penyelesaiannya. Aku dengar, perempuan itu memberikan bayinya kepada oranglain sesaat setelah dilahirkan.

Aja juga pernah menginap di hotel prodeo selama 3 tahun dari 6 tahun vonis yang dijatuhkan pengadilan. Akibat kasus yang berkaitan dengan obat-obatan terlarang. Aja tak pernah jera.

Hingga suatu hari di tahun 2007, tak lama setelah Aku melahirkan anak kedua ku, laki-laki. Ada sesuatu yang aneh dengan kelamin ku. Aku merasa seperti di tusuk jarum tajam . terlebih saat berhubungan seksual dengan suami ku. darah segar keluar dari vagina. Waktu itu Aku berpikir, Apakah ini karena Aku menuruti kemauan Aja untuk melayaninya saat aku dalam keadaan haid atau nifas ? Orangtua ku membawa ke dokter. dokter bilang Aku menderita penyakit menular seksual. selain pengobatan, dokter juga menganjurkan Aku untuk melakukan serangkaian tes HIV. Hasil tes HIV menunjukan Aku positif terinfeksi HIV. demikian juga bayi laki-laki yang ku lahirkan dengan cara kelahiran normal dan ku berikan ASI. Runtuh dunia ku saat itu. kematian membayangi kehidupan ku. Aku mencari banyak informasi mengenani HIV dari berbagai sumber. Penyakit ini mempertemukan ku dengan orang-orang baik dari komunitas sesama penderita HIV. Kami saling berbagi pengetahuan dan saling menguatkan. Teman-teman dikomunitas membujuk Aja untuk melakukan tes HIV, Walau awalnya menolak...pada akhirnya Aja luluh. Bisa ditebak, hasil tes HIV aja positif. praktis, dalam keluarga kecil kami, hanya putri sulung saja yang negatif terinfeksi HIV. 



Terinfeksi HIV membuat kami bertiga wajib meminum obat selama seumur hidup demi kelangsungan hidup kami. Aku harus tetap hidup sehat untuk anak-anak ku. disiplin minum obat adalah harga mati. Aku tidak mau mati karena kemalasan dan kecerobohan ku. Walau Aku ODHA, aku sehat. Aku hamil anak ketiga di tahun 2009. Aku melahirkan secara sectio dan menjalankan prosedur ODHA untuk melahirkan dan memiliki anak. diusianya yang ketujuh tahun, dia negatif terinfeksi HIV.

Selama ini, banyak hal terjadi dalam rumah tangga ku. Aku selalu menerima dan bersyukur. Tak pernah sekalipun Aku bicara kepada keluarga ku atau siapapun. Aku menyimpan rapat semuanya sendiri. itu juga yang ku minta kepada anak-anak ku. Tapi hati punya batas menunggunya sendiri. salahkan Aku. Aku yang butuh kasih sayang dan perhatian. Romeo, lelaki muda yang juga ODHA memberikan semua yang Aku butuhkan sebagai reaksi keprihatinannya atas Apa yang ku ceritakan. Namun Romeo terlalu baik. Dia memutuskan pergi dari hidup ku dan membawa seluruh cinta serta asa ku. Dalam surat terakhirnya dia mengatakan tidak ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aku dan Aja. Aku mengingat semua nasehatnya dalam moment-moment terbaik kami.

Sejak kepergian Romeo, Aku menjadi istri yang durhaka. Aku tidak lagi diam dipukuli dan di caci. Aku berani mendatangi selingkuhan Aja. Bukan itu saja, Aku mulai menuntut nafkah. Rasanya, Aku bosan jadi perempuan baik-baik. Aja tak berdaya saat Aku menuntut cerai dipengadilan. Tahun 2016 adalah tahun dimana Aku memiliki identias baru. Aku Mawar, 32 tahun. Ibu beranak 3, ODHA, Tidak berpendidikan dan Janda. Walau jalan hidup ku buruk, tapi Aku terbilang cantik. Tubuhku sintal dengan rambut panjang hitam tergerai dan tinggi semampai. Rasanya, semua laki-laki akan mengaku singel bila bertemu dengan ku.

Untuk membunuh waktu dan menghilangkan penat, Aku menginstal sejumlah aplikasi kencan online di telepon pintar ku. Aku perempuan yang haus kasih sayang dan perhatian. Disana Aku berkenalan dengan beberapa pria. baik yang singel, memiliki pacar atau bahkan beristri. Jika obrolan kami nyambung, kami melanjutkan dengan janji bertemu. Sulit mencari pria yang tulus. Kebanyakan dari mereka, ingin menukar kebaikannya dengan pelayanan seks. Sejujurnya, Stigma yang terlanjur negatif tentang ODHA, membuat Aku kesulitan untuk bicara jujur tentang infeksi HIV yang ku derita. Saran ku untuk melakukan seks yang aman dengan menggunakan kondom, kerap kali ditolak dengan alasan kenikmatan yang berkurang.



Semoga cerita ini bisa bermanfaat untuk khalayak ramai untuk lebih mawas diri. Jangan tunggu diri atau orang-orang yang kita sayangi terinfeksi virus HIV untuk tidak memberikan stigma negatif terhadap ODHA. Pelajari dan jauhi penyakitnya. Bukan orangnya !

Hujan Sepanjang Hari, 231016

Posting Komentar untuk "TRUE STORY ; Aku Ibu Rumah Tangga, Tapi ODHA"